5/31/2011

Akhlak Mulia

Dan ada beberapa bentuk akhlak mulia terhadap Alloh, adalah sebagai berikut:

a. Ikhlas

Yaitu memurnikan ibadah hanya untuk Alloh seperti yang Alloh firmankan,
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus…” (QS. Al Bayyinah: 5)
فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَهُ الدِّين َ، أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
“Maka sembahlah Alloh dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Alloh-lah agama yang bersih (dari syirik).” (QS. Az Zumar: 2-3)
Di antara ciri ikhlas adalah seseorang mengerjakan ibadah dengan kontinu dan tetap istiqomah dalam ibadahnya tersebut. Seperti diisyaratkan dalam sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam,

“Istiqamahlah sampai tak terhingga, dan ketahuilah bahwa sebaik-baik amalan kalian adalah sholat, dan tidak ada yang memelihara wudhu kecuali mukmin.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah, disahihkan oleh Syaikh Albani).

Dan hadits:

“Jika kalian melihat seseorang membiasakan diri (shalat di) masjid, maka saksikanlah bahwa ia seorang mukmin.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah dan yang lainnya. Dan ada kelemahan pada sanadnya meskipun maknanya sahih sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Albani dalam ta’liq/catatan beliau terhadap kitab Riyadhus Shalihin pada hadits no. 1067) (Makarimul Akhlak hal.27-28)

b. Takwa

Sesuai perintah Alloh,

“Hai orang-orang yang beriman (kepada para Rosul), bertakwalah kepada Alloh dan berimanlah kepada Rosul-Nya, niscaya Alloh memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kalian…” (QS. Al Hadid: 28)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al Ahzab: 70). (Makarimul Akhlak hal. 35-36)

c. Rasa Malu

Sifat malu yang dimaksud adalah yang bisa mencegah seseorang dari berlaku buruk dan maksiat kepada Alloh. Oleh karena itu Nabi menggolongkan sifat malu seperti ini sebagai bagian dari keimanan dalam sabdanya,

“Malu adalah bagian dari iman.” (HR. Muslim) (Makarimul Akhlak hal. 73)

d. Taubat

Taubat adalah di antara bentuk ibadah yang agung, yang maknanya adalah seseorang kembali kepada Alloh dan memohon ampunan-Nya setelah berbuat salah dan dosa. Sebesar apapun dosa dan kesalahan hamba, bila dia bertaubat kepada Alloh niscaya Alloh akan mengampuninya dan menghapus dosanya tersebut. Alloh berfirman,

Katakanlah, “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Alloh. Sesungguhnya Alloh mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada-Nya…” (QS. Az Zumar: 53-54)
Bahkan meskipun itu dosa kekafiran, jika seorang kafir meninggalkan kekafirannya dan menuju Islam, maka dosa-dosanya yang lalu akan diampuni. Alloh berfirman,

“Katakanlah kepada orang-orang kafir, jika mereka berhenti (dari kekafirannya) niscaya akan diampuni dosa-dosa mereka yang terdahulu.” (QS. Al Anfal: 38)
Dan Nabi pernah berkata kepada ‘Amr bin al ‘Ash yang dahulunya termasuk pembesar orang-orang kafir,
“Wahai ‘Amr, tidakkah kau tahu bahwa Islam akan menutupi (dosa-dosa) yang terdahulu.” (HR Muslim) (Makarimul Akhlak hal. 103-105) Dan lain sebagainya.
Adapun akhlak mulia terhadap sesama makhluk khususnya terhadap sesama Muslim, maka telah didefinisikan oleh al Hasan al Bashri rahimahulloh yang menyatakan bahwa akhlak mulia itu adalah:

“Tidak menyakiti, ringan tangan (suka menolong) dan bermuka manis terhadap yang lain.”

No comments:

Post a Comment