5/21/2011

Akhlak

Definisi Akhlak

Akhlak menurut etimologi bahasa Arab adalah bentuk jamak dari Khuluq yang di antaranya berarti jalan hidup, adat kebiasaan, tabiat dan perangai. (Ibnul Atsir dalam Gharibul Hadits). (Dari Risalah Min Akhlak ar Rosul al Karim hal. 20 – Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad)

Sedangkan menurut istilah ia mengandung dua makna, salah satunya lebih umum dari yang lain, yaitu:

  1. Sifat yang tertanam dengan kokoh dalam setiap jiwa, baik yang terpuji maupun tercela. (Min Akhlak ar Rosul al Karim hal. 20 – Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad) atau dengan ungkapan lain yaitu : Gambaran batin yang telah ditabiatkan kepada manusia. (Kitab al Ilmi hal. 256– Syaikh Ibnu Utsaimin)
  2. Sifat yang berwujud sikap berpegang teguh kepada hukum-hukum dan adab-adab syariat, baik berupa perintah yang harus/perlu dikerjakan atau larangan yang harus/perlu ditinggalkan. (Min Akhlak ar Rosul al Karim hal. 20– Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad) atau dengan kata lain bahwa jenis kedua ini dapat dihasilkan dengan usaha dan latihan yang diupayakan oleh manusia. (Kitabul Ilmi hal. 256 – Syaikh Ibnu Utsaimin)
Jadi, akhlak itu ada yang berupa tabiat dan perangai yang telah ditanamkan oleh Allah pada setiap jiwa manusia dan bersifat umum, meliputi perangai yang terpuji dan tercela. Dan ada pula yang berupa sifat yang diusahakan dengan mempelajari dan berpegang teguh kepada hukum-hukum dan adab-adab syariat dan ini lebih khusus dari yang pertama.

Contoh jenis pertama adalah seperti apa yang dikatakan Nabi kepada Asyaj Abdul Qais ,


“Sesungguhnya ada pada dirimu dua perangai yang disukai oleh Allah yaitu santun dan hati-hati (tidak tergesa-gesa).” Asyaj berkata, “Apakah dua perangai tersebut adalah yang kuupayakan atau yang ditabiatkan kepadaku?” Nabi menjawab, “Dua perangai yang telah ditabiatkan kepadamu.” Maka Asyaj pun berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mentabiatkan dua perangai yang Allah sukai.” (HR. Abu Daud –dengan lafaz yang mendekati- dan lafaz ini dinukil dari Syarah al Aqidah ath Thahawiyah serta disahihkan oleh Syaikh Albani. Dan bagian pertama asalnya ada dalam Shahih Muslim juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Tirmidzi dan selainnya). (Min Akhlak ar Rosul al Karim hal. 256)

Syaikh Ibnu Utsaimin mengatakan bahwa hadits ini menjadi dalil yang menunjukkan adanya akhlak terpuji yang berupa tabiat asal yang diberikan oleh Alloh kepada diri seseorang dan ada yang diupayakan. Dan bahwa yang merupakan tabiat itu lebih utama daripada yang diupayakan. (Kitab al Ilmi: 256)

Adapun contoh jenis kedua adalah apa yang terisyaratkan dalam sabda beliau,

“Kebaikan itu (terletak pada) akhlak yang bagus/mulia.” (HR. Muslim)



Dan seperti dalam jawaban ‘Aisyah radhiallohu ‘anha ا ketika menafsirkan firman Alloh ,


Ia menjawab,

“Akhlaknya (Rasulullah) adalah Al Quran.” (HR. Muslim) (Min Akhlak ar Rosul al Karim hal. 21). Dan tentunya yang kita bahas adalah akhlak yang terpuji.


Aspek Cakupan Akhlak



Banyak orang yang memahami dan mengira bahwa akhlak mulia itu hanya menyangkut hubungan dengan makhluk yang lain dan tidak menyangkut hubungan dengan Khaaliq (Allah). Namun itu merupakan pemahaman yang salah, karena akhlak mulia ini juga mencakupi hubungan dengan Khaaliq (Allah) sebagaimana mencakupi hubungan dengan makhluk.


Adapun yang menyangkut hubungan dengan Alloh, maka terangkum dalam tiga hal pokok yaitu:
1. Membenarkan segala kabar berita dari Allah.

2. Melaksanakan dan merealisasikan hukum-hukumNya.
3. Bersabar dan ridho terhadap takdir Allah.

No comments:

Post a Comment